Perubahan Sosial dan Pertumbuhan Pariwisata
Pariwisata
sekarang menjadi kebutuhan yang harus terpenuhi di zaman sekarang ini. Semakin
canggih dan mudahnya teknologi, hal apapun bisa dapat kita akses atau cari hanya
dengan menggunakan layar handphone dan internet, maka tempat-tempat indah yang
ada diseluruh dunia dengan mudahnya menyebar luas sampai penjuru dunia.
Indonesia
menjadi salah satu Negara yang sedang mengembangkan dan mempromosikan potensi
Pariwisatanya kepada dunia, dengan banyaknya keanekaragaman yang ada di
Indonesia kita patut bersykur dengan dilimpahkannya kekayaan alam dan budaya yang
menjadi daya tarik wisata di Indonesia.
Sebelum
abad 21, Pariwisata sebenarnya sudah dilakukan oleh orang-orang terdulu tetapi
komponen-komponen pariwisata pada saat itu masih terbatas. Sebelum tahun 1960-an,
Kegiatan Pariwisata sebagian besar masih relatife sedikit untuk dilakukan
secara teratur dan dilakukan oleh minoritas orang kaya yang punya waktu dan
uang untuk membayar perjalanan laut atau udara jarak jauh terutama di Eropa,
Amerika Utara dan sejumlah kecil lokasi dibagian lain dunia, sedangkan kegiatan
pariwisata di Indonesia sendiri sudah dilakukan sejak zaman dulu lebih tepatnya
ketika zaman kerajaan. Sejarah Pariwisata Indonesia sendiri dibagi menjadi 3
periode, yaitu periode masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang dan
setelah Indonesia merdeka.
Pariwisata
Periode Penjajahan Belanda merupakan suatu gagasan dari para individu dan
sekelompok individu yang diawali dengan kegiatan perjalanan mengunjungi tempat
lain diluar tempat tinggalnya. Mereka mencatat perjalanannya yang memuat tempat-tempat
yang dikunjungi, objek-objek yang dilihat, tata cara dan kebiasaan hidup di
Hindia Belanda. Catatan perjalanan ini kemudian dijadikan panduan atau pedoman
bagi para wisatawan yang akan berkunjung ke Hindia Belanda. Namun, ketika
datang ke Hindia Belanda, mereka mengeluhkan keadaan pariwisata yang belum
terorganisir, tidak ada fasilitas-fasilitas pendukung pariwisata, seperti pusat
informasi dan akomodasi di wilayah yang memiliki objek wisata. Hal ini menjadi
perhatian pemerintah Hindia Belanda, masyarakat dan swasta yang melihat ada
kebutuhan terkait kegiatan pariwisata, terutama untuk menarik wisatawan datang
ke Hindia Belanda.
Dalam
proses mewujudkan gagasan tersebut, Pemerintah Hindia Belanda meniru konsep “Kihinkai”
(Welcome Society) yang dibentuk pada tahun 1893 di Jepang dan akhirnya pada
tanggal 13 April 1908 didirikan Perhimpunan Pariwisata yang bernama
“Vereeninging Toeristenverkeer atau VTV) di Batavia. Sebagai perhimpunan
pertama pariwisata di Hindia Belanda. Dalam perhimpunan ini terdiri dari para
pengusaha dan inisiatif pihak swasta, Pemerintah menetapkan wakilnya dalam
pengurus VTV. Kemunculan VTV juga turut mendorong munculnya berbagai organisasi
pariwisata tingkat lokal, seperti di Padang, Bandung, Magelang, Malang, Lawang,
Yogjakarta dan Batavia.
Perubahan
besar pada paruh kedua abad kedua puluh menyebabkan pertumbuhan cepat dari
fenomena yang dikenal sebagai pariwisata modern. Pada tahun 1975, Asia Timur
dan Wilayah Pasifik hanya menyumbang 4 persen dari kedatangan wisatawan
internasional, tetapi pada tahun 1995 pangsa kedatangan dunia telah meningkat
menjadi hampir 15 persen. Perlu dicatat bahwa perubahan ini terjadi pada saat
jumlah wisatawan meningkat secara global. Oleh karena itu peningkatan pangsa
kedatangan wisatawan internasional di Wilayah Pasifik menunjukkan peningkatan
yang sangat signifikan, sedangkan kegiatan pariwisata di Indonesia pernah cukup
lama terhenti dikarenakan terjadinya perang dunia II dan kependudukan Jepang, hal
tersebut terus berlanjut sampai masa pertahanan proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945.
Pada
tahun 1946, Pemerintah Indonesia berusaha menghidupkan sector pariwisata
Indonesia dengan membentuk badan yang dinamakan “HONET” (Hotel National & Tourism) badan ini bertugas untuk melanjutkan
pengelolaan hotel-hotel bekas peninggalan Belanda. Langkah awal yang dilakukan
oleh Honet adalah mengganti nama hotel-hotel bekas peninggalan Belanda yang
berada di Yogjakarta, Surakarta, Madiun, Cirebon, Sukabumi, Malang, Sarangan,
Purwokerto dan Pekalongan menjadi Hotel Merdeka. Akan tetapi pasca perjanjian
Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949, semua perusahaan bekas milik
Belanda yang dinasionalisir dan harus dikembalikan kepada pemiliknya semula,
termasuk salah satunya Hotel-hotel Merdeka, oleh karena itu Honet tidak
mempunyai fungsi lagi sehingga dibubarkan oleh pemerintah.
Pada
tahun 1955 pemerintah berusaha kembali untuk mengembangkan sector Pariwisata
Indonesia. Konferensi Asia Afrika atau yang disingkat KAA yang berlangsung di
Bandung pada tanggal 18 – 24 April 1955 berpengaruh postif dalam sector
pariwisata Indonesia. Negara Indonesia menjadi semakin dikenal oleh Negara-negara
Internasional yang ikut hadir dalam konferensi tersebut, sehingga sedikit demi sedikit
dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia.
Definisi
Wisatawan menurut WTO dibagi menjadi 3 yaitu :
1.
Pengunjung adalah setiap orang yang berhubungan ke Suatu Negara lain dimana ia
mempunyai tempat kediaman dengan alas an melakukan pekerjaan yang diberikan
oleh Negara yang dikunjunginya.
2.
Wisatawan adalah setiap orang yang bertempat tinggal di Suatu Negara tanpa
memandang kewarganegaraannya, berkunjung ke suatu tempat pada Negara yang sama
untuk waktu lebih dari 24 jam yang tujuan perjalanannya dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
a.
Memanfaatkan waktu luang untuk rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan,
keagamaan dan olahraga
b.
Bisnis atau mengunjungi kaum keluarga
Sementara
itu definisi Wisatawan Mancanegara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
“Setiap pengunjung yang mengunjungi suatu Negara diluar tempat tinggalnya,
didorong oleh satu atau beberapa keperluan tanpa bermaksud memperoleh
penghasilan ditempat yang dikunjungi dan lamanya kunjungan tidak lebih dari 12
bulan. Definisi ini mencakup dua kategori wisatawan mancanegara dan juga
pelancong.
Dalam dua definisi tersubut, dapat disimpulkan
Negara-negara lain menghitung jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Negara
mereka dengan apapun alasannya dianggap sebagai “Wisatawan” sedangkan
oarng-orang mancanegara yang berkunjung ke Indonesia dengan alasan bisnis dan
pendidikan tidak dianggap sebagai wisatawan, maka dari itu jumlah kunjungan
wisatawan Indoneisa masih kalah jauh dengan Negara-negara lain.
Setelah
itu ada juga alasan atau motivasi wisatawan berkunjung ke suatu tempat atau
daerah, alasan-alasan ataupun motivasi tersebut sebagai tujuan mereka untuk
mengunjungi suatu tempat tersebut, sebagai berikut :
1.
Melarikan diri;
2.
Relaksasi;
3.
Mainkan;
4.
Memperkuat ikatan keluarga;
5.
Prestise;
6.Interaksi
sosial;
7.
Kesempatan seksual;
8.
Peluang pendidikan;
9.
Pemenuhan diri;
10.
Pemenuhan keinginan;
11.
Berbelanja
Dari
motivasi tersebut, banyak berbagai alasan wisatawan untuk berkunjung ke suatu
daerah. Faktor pendorong merupakan alasan aatu motivasi wisatawan untuk
berkunjung sedangkan faktor penarik merupakan daya tarik yang diberikan dari
tempat atau destinasi wisata tersebut agar menarik minat wisatawan untuk
berkunjung.
Pariwisata
pun juga tidak akan hidup jika tidak ada sector industry pariwisata yang
mendukung seperti Agen Perjalanan, Transportasi, Akomodasi, Restaurant,
Hiburan, Destinasi Wisata, Pusat Perbelanjaan Oleh-oleh dan hal-hal yang
menunjang keperluan dunia pariwisata. Maka dari itu untuk mengembangkan suatu
tempat atau daerah dalam sector pariwisata harus banyak industry yang ikut
membangun dan bekerjasama agar pariwisata ditempat tersebut dapat menunjang
semua kebutuhan wisatawan selama tinggal atau berkunjung di daerah tersebut.
Sistem
pariwisata pun juga harus diperhatikan karena lokasi kegiatan pariwisata
merupakan komponan utama pariwisata. Dalam hal ini, bukan hanya lokasi atau
tempat tujuannya yang harus diperhatikan tetapi rute transit atau tempat
peristirahatan menuju kesana pun harus diperhatikan, seperti kondisi jalan,
industry pariwisata apa saja yang bisa memenuhi kebutuhan wisatawan selama
perjalanan menuju ke tempat tujuan tersebut agar tempat atau daerah-daerah yang
dilewati juga mendapatkan dampak positif dari pariwisata tetapi sebagian besar
dampak cenderung dirasakan secara kuat oleh populasi penduduk tempat wisata
tersebut.
Pertumbuhan
Pariwisata semakin tahun semakin meningkat, karena zaman akan semakin modern
dan canggih dan manusia membutuhkan kehidupan yang lebih baik dalam hal
pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Apalagi di zaman modern seperti
sekarang yang sudah banyak dilengkapi oleh fasilitas yang lengkap dan mudah
maka hal ini membuat kita menjadi lebih mudah untuk mendapatkan segala
informasi yang kita inginkan. Dalam dunia pariwisata, komponen seperti
transportasi sudah banyak menunjang karena transportasi dari segi darat,
seperti bus, kendaraan roda 2, roda 4, transportasi laut seperti kapal dan
transportasi udara, seperti pesawat sudah tersedia dengan banyak pilihan,
begitupun juga dengan akomodasi bukan hanya hotel, tetapi villa, homestay,
guesthouse dan lain-lain juga sudah banyak tersedia. Dengan begitu, wisatawan
akan lebih mudah untuk menentukan pilihan apa saja yang mereka butuhkan selama
berwisata sesuai dengan budget mereka.
Dengan
banyak kemudahan yang telah ada saat ini, maka motivasi wisatawan berkunjung
pun bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka ditambah
dengan daya tarik yang dimilki oleh destinasi atau tempat tujuan tersebut dan
hal ini pun juga dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan disuatu daerah.
Komentar
Posting Komentar